HSN 2019 & Tasyakuran Pengesahan RUU Pesantren
MAGERSARI, Hari Santri (HSN) 2019 diperingati cukup khidmat oleh para santri PP. Al-Azhar Mojokerto. Tidak hanya menggelar apel, momentum tersebut juga dibarengi dengan tasyakuran atas pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pesantren. Apel HSN 2019 ini digelar di dalam komplek PP. Al-Azhar, Kelurahan Kedundung, Kecamatan Magersari Kota Mojokerto.
Kegiatan itu diikuti kurang lebih 600 pelajar santri dari keseluruhan jenjang. Mereka mengenakan atribut sarung dan pakaian muslim muslimah. Menariknya, disamping menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Ya Lal Wathan, peringatan HSN ini juga dibalut dengan tasyakuran atas disahkannya RUU Pesantren pada akhir September lalu oleh DPR.
“HSN tahun 2019 ini kita kembali mendapatkan kado indah dari pemerintah, yaitu disahkannya RUU Pesantren, dan ini patut disyukuri, karena akan berdampak besar bagi pesantren”, terang Syauqie, guru di PP. Al-Azhar Kota Mojokerto. Sebab, terang dia, setidaknya ada lima poin penting di dalam RUU Pesantren. Di antaranya adalah lembaga pesantren mengajarkan kurikulum kitab kuning. Selain itu, pesantren harus memiliki kiai yang berlatar belakang pendidikan dari pesantren. Selanjutnya, pesantren merupakan lembaga mandiri yang tidak terikat dengan institusi lainnya.
Yang juga tidak kalah penting, dengan disahkannya RUU Pesantren, maka lembaga bisa mendapatkan Dana Abadi Umat (DAU) dari pemerintah. Bahkan, yang juga patut disyukuri adalah diakuinya ijazah lulusan pesantren yang memiliki kesetaraan dengan lembaga formal lainnya.
“Artinya, lulusan dari diniyyah bisa melanjutkan ke jenjang formal diatasnya. Dengan RUU Pesantren ini, semua pondok bisa mendapatkan secara merata dana bantuan dari pemerintah,” tandasnya.
Oleh karena itu, usai digelarnya apel HSN, seluruh santri juga menggelar tasyakuran dengan tumpengan. Mereka juga menggelar doa bersama untuk pemimpin baru Indonesia, pasangan Presiden dan Wakil Presiden, Joko Widodo dan KH. Ma’ruf Amin. Oleh karena itu, para santri juga turut serta membawa foto keduanya yang baru dilantik Minggu (20/10) lalu. Mereka mendoakan agar pemimpin baru ini diberikan kekuatan dalam memimpin Indonesia selama lima tahun ke depan. Serta dapat mengemban amanah dan memenuhi harapan rakyat Indonesia.
“Semoga presiden dan wapres Indonesia yang baru bisa menjadi pemimpin yang adil, membawa kemaslahatan, dan kemajuan bagi bangsa Indonesia,” tandasnya. Oleh karena itu, imbuh Syauqie, peringatan HSN kali ini juga bisa dijadikan momentum untuk kembali memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Di sisi lain, santri juga harus melestarikan ajaran ahlussunnah wal jamaah (aswaja), yaitu Islam bermadzhab. Di tengah kampanye Islam anti-madzhab yang menggemakan jargon kembali kepada Alquran dan hadits.
“Santri dituntut untuk cerdas mengembankan argumen Islam moderat yang relevan, kontekstual, membumi, dan kompatibel dengan semangat membangun simbiosis Islam dan Kebangsaan,” pungkasnya.